Aku
salah melangkah. Aku keliru membaca petunjuk arah.
Aku
tak pernah menyangka. Pikirku, aku berdiri di balik tembok batu yang dingin dan
kokoh. Namun, prasangkaku terpental. Aku lengah dengan kilau belati itu. Tak
terbayang tajam yang akan menggores.
Tapi
kini aku tahu. Betapa lihai tangan itu. Betapa mengerikan seringai itu. Betapa
tajam belati itu. Betapa sakit tiap tetes darah dipaksa mengalir dari lukaku.
Namun,
aku bersyukur, hanya tetes luka terpatri di senyumku. Karena kali ini, mataku
bisu.
0 komentar:
Posting Komentar