Aku
tersenyum, meletakkan tanganku di atas lutut.
“Kenapa
kau kecewa?”, gadis berambut pirang pendek di depanku mengangkat salah satu
alisnya.
Aku
mendengus. “Kau berharap aku senang?”
Iris,
gadis berambut pirang itu, memutar bola matanya. “Kau tidak memberikan jawaban”.
Aku
menyandarkan tubuhku ke sandaran kursi di belakangku. “Jawaban apa yang kau
inginkan?”
“Ia
orang baik dan kau kecewa padanya”, Iris membuat sebuah pernyataan.
Aku
terkekeh, “Aku terlihat seperti tokoh jahat”.
“Aku
perlu alasan untuk membantah perkataanmu tadi”.
Aku
menggeleng, “Kau tidak perlu memungkiri karena aku pun tidak”.
Iris
menatapku tajam, “Sebesar apa kekecewaanmu?”
Aku
menatap Iris penuh tanda tanya.
Iris
menghela nafas, “Kau sangat kecewa, tapi tak ingin menyalahkan”.
Aku
mendengus, “Entahlah”.
Kami
saling terdiam. Kulirik Iris meminum es jeruknya perlahan.
“Aku
tidak bisa menyihir hati manusia”, ucapku.
Iris
menatapku bingung dengan mata beriris birunya.
“Aku
tidak bisa membuat orang yang tidak peduli padaku untuk menyukaiku. Semua adalah
urusanku. Aku bingung namun tak bisa memaksa. Sayangnya, benang takdir telah
terikat, apa dayaku hendak memutus?”
0 komentar:
Posting Komentar