Aku berpikir sebagai seorang idiot. Mereka tak akan mendengar. Tak juga mau melihat. Mereka terlalu nyaman duduk di singgasana berlapis sutera. Mereka tidak kuat, hanya tua. Bersembunyi di balik tirai etika. Tirai yang tak tertembus cahaya. Karena mereka adalah cahaya itu sendiri.
Aku tertawa sebagai seorang yang gila. Mereka paksa aku bicara ketika mulutku mereka bungkam. Aku diam dan mereka katakan dusta. Aku hanya punya insting, bukan seorang naïf yang bisa mereka kendalikan.
Aku merintih sebagai seorang tahanan. Mereka ikat aku dengan rantai yang menghisap nyawaku. Rantai yang memakan jiwaku perlahan pada setiap lukaku. Senyum sinis menggantung di bibir mereka. Mereka tuli namun mendengar jeritku.
Aku menutup mata, bermimpi mersakan angin sebagai seorang pelaut, bermimpi meraih awan sebagai seorang pilot, bermimpi melihat dunia sebagai seorang pelancong.
Aku ingin tersesat.