Kamis, 27 Januari 2011

Tempat Tissue Kertas

Diposting oleh ainahafizah di 19.20 0 komentar
Ugh, tempat tissue di rumah sudah rusak. Tidak sempat membuat yang baru, aku memutuskan untuk membeli tempat tissue yang terbuat dari plastic di minimarket. Tapi ternyata orang rumah tidak suka. Kata mereka, kurang menarik dan sulit untuk mengambil tissue yang terputus.
Oleh karena itu, selagi liburan semester kali ini aku berniat membuat tempat tissue bulat yang baru. Aku biasanya membuatnya dari kertas cover atau kertas surat undangan pernikahan yang cukup keras. Hanya perlu membuat pola, mengguntingnya, kemudian menyatukan bagian-bgiannya dengan menggunakan lem. Untuk menyatukan bagian tutup tempat tissue dengan badan tempat tissue, aku menggunakan pita. Berikan kreasi sendiri untuk sentuhan terakhir… ^^

Minggu, 23 Januari 2011

Ice Cream Yogurt

Diposting oleh ainahafizah di 21.28 0 komentar
Tertarik pada sebuah produk ice cream yogurt, aku berencana membuat sesuatu. Kuajak dua orang temanku, Ratna dan Desvi, untuk turut serta membuat kreasi dari ice cream yogurt yang telah kubeli.

Bahan-bahan yang kami gunakan cukup sederhana, yaitu :
·         Satu kotak ice cream yogurt
·         Satu bungkus agar-agar
·         Gula secukupnya
·         Dua biji apel
·         Satu bungkus kecil susu kental manis

Jumat, 21 Januari 2011

Beautiful Plastic

Diposting oleh ainahafizah di 05.25 0 komentar
Aku mendesah kesal mendengar perintah fotografer tua itu. Sudah sejak dua jam yang lalu aku berpose sesuai arahannya. Mataku mulai sakit dihujani blitz-blitz yang keluar dari kamera yang dipegangnya. Tubuhku mulai kaku, terlalu lama diam dalam pose yang sama.
“Istirahat sebentar!”, perintah pria tua itu.
Aku segera menegakkan badanku. Berusaha melemaskan otot-ototku yang agak kaku.
Aku beranjak dari depan kamera menuju meja rias. Kemudian menghempaskan tubuhku di kursi empuk di depan sebuah cermin besar. Lampu-lampu berbentuk bulat seperti bola tenis mengelilingi pinggiran cermin besar itu. Memantulkan cahaya kekuningan ke wajahku.
Aku tersenyum. Tanpa cacat. Sempurna.

Kamis, 20 Januari 2011

Mawar Tua

Diposting oleh ainahafizah di 19.12 0 komentar
“Aku tak percaya dia seorang wanita”, gumam Sebastian. Ia menunduk, membiarkan helaian poni hitamnya menutup sebagian wajah pucatnya. Jemari putihnya yang panjang melebar, berusaha menyangga kepalanya yang terasa semakin berat.
“Siapa?”, Tanya Renata, wanita berambut merah yang berjalan mendekati Sebastian. Ia membawa sepiring besar kalkun panggang. Kemudian duduk di depan Sebastian.
Sebastian menghela napas. “Si pembunuh berantai”, jawabnya.”Seorang saksi melihat sosoknya.”
Renata memutar kedua bola matanya. “Kalau ia benar-benar seorang wanita, maka aku akan sangat cemburu. Berani-beraninya ia mengambil seluruh perhatian suamiku, bahkan saat suamiku sedang makan malam denganku.”
Sebastian menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan.

The Song

Diposting oleh ainahafizah di 18.49 0 komentar
Seorang gadis cantik dengan rambut cokelat panjangnya yang tergerai berjalan anggun di tengah kegelapan malam. Matanya yang sewarna dengan birunya langit di musim panas berkilat merah. Bibir tipisnya bergerak-gerak menimbulkan resonansi yang dihasilkan oleh pita suaranya. Senandung lirih mengalun pelan seiring langkah kecilnya. Gaun merah darahnya menyapu jalan di lorong gang yang gelap perlahan menghisap siluet indah itu ke dalam pekatnya malam.

Bibir Gula

Diposting oleh ainahafizah di 18.29 0 komentar
  "Terima kasih, Renata!", ucap gadis bertubuh tambun di hadapanku. Aku baru saja memujinya. Ia memakai gaun ungu tua dengan banyak smok di tubuhnya yang terbilang tidak kurus. Ditambah lipstik cokelat tua dan sapuan blush onmerah jambu di pipi gembulnya. Tak lupa gradasi eye shadow berwarna biru menghiasi kelopak matanya. Kulihat mata hitamnya berbinar. Senyum melengkung di bibirnya yang tebal. Senang akan rangkaian kata yang keluar dari bibirku.
     "Iya", jawabku sembari melepas remasan tangan putihnya di kedua bahuku.
   Aku melirik ke arah kanan. Sorotan tajam mengarah padaku. Aku hanya tersenyum kemudian memberi isyarat pada Delfina, nama gadis di hadapanku itu, bahwa aku harus pergi.

Noda Gaun Putih

Diposting oleh ainahafizah di 18.11 0 komentar
Bangunan bertingkat yang kokoh itu membentuk lingkaran dengan sebuah gerbang besar sebagai satu-satunya akses untuk keluar masuk. Beranda sepanjang bangunan itu terisi oleh kursi-kursi dan meja yang dilapisi satin berwarna salem dan satin merah tua yang dirangkai membentuk pita dan bunga di tiap kursi dan meja. Di tengah bangunan tersebut terdapat sebuah podium dari kayu berbentuk lingkaran dengan sebuah pancang kayu berbentuk salib menancap di tengahnya. Perlahan, lapangan kosong  di tengah bangunan yang tanpa atap itu dipenuhi orang-orang.
Sesosok wanita berambut merah berjalan pelan di salah satu sudut beranda. Ketukan sepatu hak tingginya membuyarkan lamunan seorang remaja laki-laki yang duduk di salah satu tepi beranda. Sang remaja tersenyum pada sang wanita. Dia lalu berdiri dan menarik sebuah kursi di sampingnya kirinya untuk sang wanita. Dia kembali duduk di kursinya tanpa bicara sepatah kata pun pada sang wanita setelah wanita itu duduk di sampingnya. Wanita yang memakai sebuah gaun putih dengan manik-manik yang berkilau.

Gelas Kaca Emily

Diposting oleh ainahafizah di 18.04 0 komentar
Petir menyambar memecah keheningan malam. Suara hujan yang sempat terkalahkan oleh dengungan petir kini kembali mengusik keheningan malam.
Gadis berambut hitam itu mengeratkan selimut tipis yang membungkus tubuhnya, mencoba menghalangi dingin menyentuh kulit pucatnya. Suara-suara hantaman antara kayu dan semen mulai mengusik ketenangan si gadis, memaksanya memperlihatkan iris sekelam malam yang tersembunyi di balik kelopak matanya. Perlahan ia menyingkap selimut dari atas tubuhnya. Ia meringis merasakan dingin yang menusuk ketika kaki telanjangnya menyentuh permukaan lantai keramik.
 

Aina's Room Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea