Senin, 06 Juni 2011

Second Wind : Pertemuan (Chapter 1)

Diposting oleh ainahafizah di 06.23
Gadis berkulit putih itu menggigit ujung bibirnya. Tubuhnya bergetar. Tangan putih kurusnya meremas sebuah surat undangan yang digenggamnya hingga berkerut. Mata birunya menatap nanar rangkaian huruf perak di kertas berwarna hitam itu.
Gadis berambut pirang itu terduduk di tempat tidurnya. Matanya masih betah menjelajahi rangkaian kalimat yang tertulis di kertas hitam itu. Bibir merah mudanya tersenyum sedih. Ini adalah salahnya, bukan mereka.

SECOND WIND
Chapter 1 : Pertemuan

“Kau sudah tidak bisa mundur”, ucap gadis berambut hitam itu. “Kita, maksudku kita sudah tidak bisa mundur”, ralatnya. Tangan kurusnya yang dibalut gaun berwarna biru muda terulur, meletakkan cangkir teh yang baru saja ia minum.
Pemuda berkulit putih di hadapan gadis itu mendengus. “Ya, aku tahu. Sejak awal aku sudah memutuskannya”. Mata cokelat madu pemuda itu menatap lantai marmer di bawah kakinya.
“Apa kau yakin dengan keputusanmu?”, tanya gadis itu.

Pemuda itu mendongak. Mata cokelatnya bertemu dengan mata hitam sang gadis. Ia meneguk ludah. Entah mengapa ia menjadi gugup. Semua keyakinannya seolah dihisap oleh kelamnya mata gadis berambut hitam itu.
“Ya, aku yakin.”
Tercipta sebuah keheningan di antara mereka. Dua pasang bola mata berbeda warna saling menatap dalam diam. Hingga tawa renyah sang memecah kekakuan.
Gadis berambut hitam itu tertawa kecil. “Maafkan aku. Seharusnya aku tidak meragukanmu”.
Gadis berambut hitam itu tersenyum. Ia layaknya sebuah boneka. Boneka cantik yang hanya dipajang di dalam lemari kaca. Rambut dan matanya yang hitam sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Tubuhnya yang langsing dibalut gaun sutra. Bibir merah mudanya tersenyum lembut. Ia seperti boneka porselen mahal yang rapuh.
“Tidak apa-apa”, sahut pemuda itu, tersenyum. “Apa kau mau cokelat lagi?”
“Tidak”, sahut sang gadis. “Aku sudah terlalu lama di sini. Sudah saatnya aku pulang”
Pemuda berambut cokelat itu berdiri. “Biar kuantar kau ke depan”.
Gadis berambut hitam itu tersenyum, menyambut uluran tangan si pemuda. Mereka berjalan menuju pintu utama kediaman si pemuda.
“Kuharap acara pertunangan kita berjalan dengan lancar”, ucap si gadis pelan.
Pemuda bermata cokelat itu tersenyum. “Ya, kuharap juga begitu”.
Gadis berambut hitam itu berdiri di hadapan si pemuda. “Kalau begitu, aku pulang dulu”. Sang gadis mengecup pipi kanan sang pemuda. “Sampai jumpa, Tian”.
“Sampai jumpa, Imena”, sahut si pemuda. Mata cokelatnya mengikuti mobil hitam yang membawa tunangannya itu berlalu, melewati taman kediamannya.
Tian, pemuda berambut cokelat itu, berbalik, menutup pintu kediamannya. Ia baru saja menaiki beberapa anak tangga saat terdengar seseorang memencet bel. Ia mengerutkan keningnya. Apa Imena, tunangannya yang seperti boneka itu, ketinggalan sesuatu? Tidak ambil pusing, ia berlari kecil ke arah pintu utama.
“Imena, apa kau…”, ucapannya terputus saat sepasang lengan melingkari lehernya. Seseorang yang ada di hadapannya tiba-tiba memeluknya. Seorang wanita berambut pirang sedang memeluknya.
“Tian, aku merindukanmu!”, seru wanita itu.
Mata cokelat sang pemuda melebar. “Shanina?”
Wanita berambut pirang itu melepas pelukannya. Bibir merah mudanya tersenyum lebar. Mata birunya berkilat senang, menatap mata cokelat si pemuda. “Tian, aku pulang”.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aina's Room Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea